OAKLANDPOLICEBEAT — Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni menilai kunjungan Peserta Didik Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (Serdik Sespimmen Polri) ke rumah Presiden ketuju RI Joko Widodo (Jokowi) seharusnya tak diunggah ke ruang publik.
Sebab, Sahroni berpendapat bahwa unggahan kunjungan Serdik Sespimmen Polri yang mengenakan seragam itu dapat menyebabkan banyak interpretasi di masyarakat.
Sahroni menyatakan bahwa masyarakat mungkin menganggap Jokowi mengalami post-power syndrome.
Tapi pandangan orang bisa berbeda jika berada di ruang terbuka. Mungkin Pak Jokowi masih mengalami sindrom post-power. Dia juga ingin terus tampil dengan baik. Secara tulus, tidak masalah. Di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (21/4), Sahroni menyatakan bahwa tidak perlu di-upload.
Polisi bekerja dengan Komisi III DPR.
Selain itu, Sahroni menegaskan bahwa kunjungan Serdik Sespimmen Polri ke rumah Jokowi tidak boleh dilakukan secara sembarangan atau tanpa persetujuan.
Selain itu, dia menyatakan bahwa kunjungan tersebut dilakukan oleh rombongan yang mengenakan seragam lengkap yang mewakili institusi Polri.
“Pertanyaannya, udah izin belum? Kalau belum izin, harusnya dia jangan pake baju dinas. Mendingan pake baju biasa, dateng rame-rame. Oh namanya silaturahmi sebagai warga misalnya. Tapi kalau udah pake baju dinas, dia harus izin sama komandannya,” ujar dia.
“Temen-temen tolong tanyain, komandannya udah izinin apa belum? Nah, kalau udah diizinin, berarti komandannya juga harus tanya lagi. Udah izin lagi belum sama Pak Kapolri?”sambungnya.
Ajudan Jokowi dari kepolisian, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, menyatakan bahwa kunjungan peserta Sespimmen Polri hanyalah silaturahmi dan pendidikan kepemimpinan.
Menurut Syarif kepada CNNIndonesia.com pada Senin (21/4), mereka hanya siswa yang belajar dari bapak (Jokowi) tentang kepemimpinan, manajemen, dan ilmu lainnya.
Syarif, yang juga siswa Sespimmen Polri, mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya ingin belajar dari Jokowi karena dia telah memimpin negara dan negara Indonesia selama sepuluh tahun.
Dia menyatakan, “Kami meminta nasihatnya, jika diterapkan pada polisi.”
Syarif menyatakan bahwa lembaga pendidikan di luar Kepolisian juga melakukan kunjungan serupa. Sebelum itu, Jokowi juga menerima audiensi dari SMA Taruna Nusantara dan Akademi Angkatan Udara (AAU) di kediaman pribadinya di Solo.
Bapak juga menerima audiensi dari Akademi Angkatan Udara dan SMA Taruna Nusantara pada tanggal 30 Desember 2024 kemarin. “Jadi ini biasa saja,” kata Syarif.
Sebelumnya, rekaman video yang menunjukkan Serdik Sespimmen Polri datang ke rumah Jokowi di Solo menjadi viral di media sosial. Ada juga rekaman video lain di mana para serdik itu berbicara dengan Jokowi.
Kunjungan itu menjadi subjek diskusi di media sosial, terutama di tengah masalah “matahari kembar” yang belakangan ini muncul.
Setelah pertemuan Presiden Jokowi dengan sejumlah menteri dan petinggi lembaga negara selama libur lebaran tahun 2025, masalah matahari kembar muncul. Sebagian orang berpendapat bahwa pertemuan-pertemuan tersebut menunjukkan bahwa menteri-menteri tersebut tetap setia pada Jokowi.
Jokowi sudah menyatakan pendapatnya tentang spekulasi tentang “Matahari Kembar” itu. Tuduhan tentang adanya dualisme kepemimpinan dalam pemerintahan itu ditolak oleh ayah Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka.
Jokowi menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto saat ini bertanggung jawab atas kepemimpinan nasional.
Saat ditemui di kediamannya Senin ini, Jokowi menyatakan, “Mengenai matahari kembar, nggak ada yang namanya matahari kembar. Matahari itu hanya satu, yaitu Presiden Prabowo Subianto. Sudah jelas.”
SUMBER CNNINDONESIA.COM : Sahroni soal Sespimmen Polri Datangi Jokowi Bisa Dimaknai Multitafsir